Kartono, Sang Jenius dari Timur

Kutub.co—Tidak banyak orang membincang tentang sosok Kartono, yang memiliki nama lengkap Raden Mas Panji Sosrokartono. Dia merupakan Kakak laki-laki satu-satunya yang mendukung cita-cita Kartini dalam memperjuangkan emansipasi perempuan. Mas Kartono pun merupakan sosok penguat bagi Kartini agar tidak menyerah pada keadaan. 

Saat berkesempatan mengunjungi Museum Kartini di Jepara yang kedua kalinya saat kegiatan field trip#KUPI dan melihat miniatur isi rumah Kartono selama tinggal di Bandung, membuatku tertarik menelisik lebih jauh tentang sosok Kartono.

Ternyata, Kartono merupakan seorang yang jenius. Bahkan orang-orang Eropa menjulukinya si Jenius dari Timur. Dia merupakan orang Indonesia pertama  yang pergi belajar di Belanda pada saat berusia 21 tahun. Kaka Kartini ini, menguasai 27 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Nusantara. Hal inilah yang membuatnya memiliki kesempatan untuk melanglang buana mengunjungi tempat-tempat di Nusantara. 

Selain itu, dia pun seorang poliglot pertama di Hindia Belanda. Bahkan pernah ditunjuk sebagai kepala penerjemah di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), mengalahkan bule-bule yang berasal dari Eropa. Dalam hal karir, dia pun pernah bekerja sebagai seorang Wartawan perang untuk The Morning Herald Tribun, dengan prestasi yang terbilang langka. Kartono memang ahli bahasa dan sastra, maka tak heran jika Kartini pun piawai menulis sejak muda; karena sering berkirim surat dan meminta masukan dari sang kakak. 

Keistimewaan lainnya adalah ia memiliki kekuatan kebatinan yang ditemukan secara tidak sengaja pada dirinya. Ia bisa menyembuhkan orang dgn perantara air putih, sehingga di Belanda orang menyebutnya Dokter Air Putih. Setelah seorang ahli menemukan bakatnya tersebut, ia mencoba belajar Psikometri di Paris. Namun, akhirnya ia memilih pulang dan tinggal di Bandung. Ki Hadjar Dewantara menunjuknya sebagai kepala sekolah. 

Selain menjadi seorang pendidik, ia juga membuka klinik penyembuhan yg diberi nama Dar-Oes Salam. Rumah kedamaian. Meski keturunan ningrat, berwajah rupawan dan berpenampilan perlente, namun ternyata ia hidup dalam kesederhanaan. 

Tak ada harta benda yang ia tinggalkan ketika wafat. Konon, di nisannya tertulis: “Sugih tanpa bondo. Digdaya tanpa aji” yang artinya Kaya tanpa harta, Perkasa tanpa ilmu.

Kartono adalah seorang pendidik, tokoh pers yang juga seorang poliglot dan ahli penyembuhan. Dia merupakan tokoh anak bangsa yang hebat, yang pernah dimiliki Indonesia. 

Penulis: Neng Yanti Khozana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *