Kutub.co-Dinda Sabila adalah sosok perempuan disabilitas yang hebat dan tangguh, mampu melawan diskriminasi sejak usia dini. Saat ini, di usia 29 tahun, Dinda telah menghadapi berbagai tantangan dan mengatasi berbagai bentuk diskriminasi yang menghampirinya sejak TK hingga SMA.
Perjalanan Pendidikan yang Penuh Tantangan
Sejak kecil, Dinda selalu menjadi sasaran bullying oleh teman-temannya. Tidak hanya itu, ia juga sering tidak memiliki teman sebangku di sekolah. Ketika masuk SD, sekolah tersebut mensyaratkan Dinda untuk bisa mengikuti pelajaran selama tiga bulan sebagai syarat untuk melanjutkan belajar di sekolah tersebut. Tantangan ini berhasil dilewati Dinda, meskipun sebenarnya syarat tersebut merupakan bentuk diskriminasi dan ketidakadilan yang belum tentu diterapkan pada siswa non-disabilitas.
Masa SMP Dinda juga tidak terlepas dari diskriminasi. Ia mencoba masuk ke SMP Negeri, namun tidak lolos tahap akhir, bukan karena kompetensinya, melainkan karena statusnya sebagai disabilitas. Meskipun begitu, semangat Dinda untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi tidak pernah padam.
Dukungan Keluarga dan Pesan yang Menguatkan
Selain dorongan dari dalam dirinya, Dinda juga mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya. Pesan dari orang tuanya, “Jangan pernah kamu menangis di depan umum, sebab orang yang sayang padamu akan bersedih sedangkan orang yang benci kepadamu akan tertawa terbahak-bahak,” menjadi motivasi kuat bagi Dinda. Pesan tersebut mengajarkan Dinda untuk tetap tegar menghadapi segala bentuk bullying dan diskriminasi tanpa menunjukkan kelemahan di hadapan orang lain.
Prestasi yang Menginspirasi
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP 11 Maret Kota Bandung, Dinda melanjutkan ke SMA 11 Maret di kota yang sama. Di sinilah prestasi Dinda mulai terlihat. Ia menjadi finalis Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun 2015 dan termasuk dalam lima besar di kelasnya. Prestasi ini membuat teman-temannya tidak lagi membully-nya, membuktikan bahwa Dinda mampu bersaing dan unggul di antara teman-temannya yang non-disabilitas.
Dinda menunjukkan bahwa disabilitas bukan hambatan untuk melanjutkan pendidikan, karena setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Aktualisasi Diri dan Pengabdian Sosial
Untuk mengaktualisasikan dirinya, Dinda aktif dalam organisasi. Saat ini, ia menjadi sekretaris di Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) dan wakil bendahara di Yayasan Bumi Inklusi Berdaya, yang berfokus pada pemberdayaan disabilitas. Melalui organisasi ini, Dinda berusaha menjadi perempuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain, terutama mereka yang juga menghadapi diskriminasi.
Kisah Dinda Sabila adalah inspirasi bagi banyak orang. Dengan keteguhan hati, dukungan keluarga, dan semangat untuk terus berprestasi, Dinda mampu mengatasi diskriminasi dan membuktikan bahwa disabilitas tidak menghalangi seseorang untuk meraih pendidikan dan aktualisasi diri yang maksimal. Mari kita belajar dari ketangguhan Dinda dan terus mendukung terciptanya masyarakat yang inklusif dan adil bagi semua orang.
Artikel ini memperoleh dukungan dari Fatayat NU Jawa Barat & INFID dalam rangka konsorsium INKLUSI