Festival Merawat Beda: Pemuda Lintas Agama Menyelami Kekayaan Sejarah dan Kebudayaan Tionghoa di Bandung

Hasemi

No Comments

Kutub.co-Festival Merawat Beda Vol.III dengan tagline Energi Kolaborasi digelar di Museum Kebudayaan Tionghoa Bandung pada Sabtu, 2 November 2024. Festival ini dihadiri 76 pemuda lintas agama/keyakinan dari Bandung Raya, Garut, dan Kabupaten Tasikmalaya yang memperkuat kerukunan melalui Seni dan Budaya.  

Kegiatan ini merupakan inisiatif tim Harmonia berkolaborasi dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), bertujuan membuka ruang dialog antar generasi muda, serta menekankan pentingnya kolaborasi antar etnis dan keyakinan di Jawa Barat.

Tur Museum

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada Festival tersebut, yakni, Tur Museum yang dipandu oleh Ko Akiun dan Ko Agun, fasilitator YDSP. Tur Museum yang sekaligus menjadi kegiatan pembuka ini, mengajak peserta untuk menyelami Sejarah dan kebudayaan Tionghoa di Indonesia serta tokoh-tokoh Indonesia yang merupakan keturunan etnis Tionghoa. Salah satunya adalah Chrisye, yang membuka identitasnya sebagai keturunan Tiongho menjelang akhir hayatnya.Farhan Mubarak mengatakan bahwa Tur Museum menambah dimensi baru dalam memandang isu-isu tertentu, khususnya stereotip terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.

“Ternyata perjalanannya panjang dan banyak Tokoh-tokoh Tionghoa keturunan Indonesia yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.”, ungkap Farhan.

Talksow

Talkshow dibuka dengan pengenalan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) dan Museum oleh Harry Benk, wakil ketua Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP). “Saya berharap YDSP dan Museum ini bisa menjadi teladan bahwa meskipun berbeda, kita adalah saudara dalam kemanusiaan”.

Hasbi Hasbullah, Ketua Pelaksana, memulai Talkshow dengan memberikan pertanyaan kepada peserta, “Indonesia dibangun oleh keberagaman, jika semua harus disamakan apakah itu Indonesia?”, pertanyaan ini menjadi pemantik bagi Dialog Keberagaman yang menghadirkan Kiai Wahyul Afif Al-Ghafiqi (Kiai Mako) dari Pesantren Al-Afifiyah dan Fam Kiun Fat (Ko Akiun), Ketua perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) cabang Bandung.

Penampilan Musik

Festival kemudian semakin meriah dengan  penampilan musik dari Marapah Andala, kelompok music dari komunitas Orang Muda Katolik (OMK) Kabupaten Bandung,  dan Imam Kelana & Bob Anwar yang merupakan bagian dari Komunitas Musisi Mengaji (Komuji) Bandung.

Kelas Mandarin

Tidak hanya itu, Ko Harry juga menyampaikan bahwa Museum Kebudayaan Tionghoa Bandung rutin mengadakan Kelas Bahasa Mandarin Gratis, yang diajarkan oleh santri dari Pondok Pesantren Darul Inayah.

Melalui Festival Merawat Beda, diharapkan akan muncul lebih banyak inisiatif yang mengedepankan kerukunan dan toleransi di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Barat.

Sebagai informasi, Tim Harmonia merupakan penerima Fellowship Art and Culture program SHIFT, Search For Common Ground. Terdiri dari Hasbi Hasbullah (Komuji Bandung), Ibrahim Fawwaz (Yayasan Cahaya Guru), Regina dan Anita (Orang Muda Katolik Bandung), dan Sopi Yuniarti (JISRA Fatayat NU Jabar)

Bandung, Kebudayaan Tionghoa, Kekayaan Sejarah, Lintas Agama, Merawat Beda, Museum, Pemuda

Artikel Lainnya

Gebyar Moderasi Beragama: Membangun Harmoni dalam Kebhinekaan

Talkshow #JagaRuangOnline: Media Melawan KBGO

BRI dan Badan Kepegawaian Negara Bersinergi Tingkatkan Kualitas Layanan Perbankan

Leave a Comment