Perempuan dan Rasa Aman yang Masih Terus Dipertaruhkan

Hasemi

No Comments

Kutub.co – Sejak awal, perempuan dibentuk oleh kebiasaan yang tidak seharusnya ada: mempercepat langkah ketika senja turun, membaca situasi sebelum menoleh, menimbang risiko sebelum sekadar berjalan pulang. Itu bukan pilihan, melainkan adaptasi terhadap dunia yang belum mampu menjamin keamanan dasar.

Rasa aman yang semestinya hadir tanpa syarat sering berubah menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan. Kekerasan terhadap perempuan tidak selalu tampak jelas; ia muncul dari relasi kuasa yang timpang, dari candaan yang dinormalisasi, dari sentuhan yang dipaksa dianggap wajar. Kompleksitasnya bukan hanya pada peristiwa, tetapi pada beban setelahnya: korban dituntut kuat, diminta sabar, dan ditegur agar tidak dianggap berlebihan, seolah ketakutan bisa diatur seperti volume.

Data tidak memberi ruang bagi penyangkalan. Laporan Komnas Perempuan menunjukkan kekerasan justru banyak terjadi di ruang yang seharusnya menjadi tempat berlindung: rumah, relasi personal, institusi. UN Women mencatat satu dari tiga perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual. Angka-angka ini mungkin dingin, tetapi realitas yang dikandungnya terlalu nyata untuk diabaikan.

Di tengah keadaan itu, peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan menjadi pengingat bahwa banyak luka belum tertutup, banyak ketakutan belum mereda. Namun refleksi tahunan tidak cukup bila hanya berhenti pada seremoni. Perjuangan rasa aman sesungguhnya berlangsung setiap hari dalam tindakan kecil: ketika kita memilih percaya pada korban, berhenti menertawakan batas tubuh orang lain, atau berani menegur perilaku bermasalah meski terasa tidak nyaman.

Keamanan tidak tumbuh dari slogan; ia tercipta dari sikap yang konsisten berpihak pada martabat manusia. Selama perempuan masih ragu untuk pulang sendiri, untuk memilih pakaian, atau untuk bersuara tanpa takut dibungkam, perjuangan ini belum selesai.

Rasa aman adalah hak dasar. Dan tidak ada alasan bagi perempuan untuk memperjuangkannya sendirian.

Penulis: Ii Nuraeni

#16HAKTP, #KGBO, beraktivitas, kesehatan mental, Perempuan, Remaja

Artikel Lainnya

Apa itu mindfulness

Hay Kutubers! Inilah Cara Menjaga Kesehatan Mental dengan Mindfulness

Terlalu Lama di Layar? Yuk, Kenali Dampak Screen Time buat Anak dan Gen Z

Kekerasan Gender Berbasis Online: Saatnya Mengakhiri Normalisasi yang Menyalahkan Korban

Leave a Comment