Berdayakan Perubahan: Kesetaraan Gender Bikin Pembangunan Makin Keren

[post-views]

Kutub.co – Pengarusutamaan gender semakin menjadi fokus dalam berbagai program pembangunan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dalam wawancara eksklusif dengan Magdalene. Sujala Pant, Wakil Kepala Perwakilan UNDP di Indonesia (https://www.undp.org/id/indonesia), menekankan pentingnya pengarusutamaan gender serta langkah-langkah konkret yang dilakukan UNDP dalam upaya ini.

Sujala menjelaskan bahwa pengarusutamaan gender adalah upaya untuk memahami bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan, prioritas, dan tantangan yang berbeda. “Pengarusutamaan gender berarti mengakui perbedaan-perbedaan ini dan memastikan bahwa kebutuhan khusus masing-masing gender diakomodasi dalam setiap langkah pembangunan,” ujarnya.

Sebagai contoh, Sujala merujuk pada temuan WHO yang menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak adalah tenggelam. Anak perempuan dan perempuan lebih mungkin tenggelam dalam kejadian banjir bandang karena mereka seringkali tidak memiliki kemampuan berenang akibat keterbatasan akses ke fasilitas umum seperti kolam renang atau sungai.

“Ini menunjukkan betapa pentingnya program pengurangan risiko bencana yang mempertimbangkan pelajaran berenang bagi anak perempuan di masyarakat yang terkena dampak,” tambahnya.

Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Menurut Sujala, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan adalah isu hak asasi manusia. “Ini tentang hak perempuan untuk diperlakukan dengan martabat dan memiliki kesempatan yang sama,” jelasnya. Ia menekankan bahwa dengan memastikan kesetaraan gender, kita juga mengatasi ketidakadilan sosial dan kegagalan sistemik di masa lalu.

Selain itu, Sujala menekankan pentingnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan posisi pengambilan keputusan, yang terbukti berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan hasil pembangunan serta GDP. “Kontribusi perempuan terhadap ekonomi akan meningkat dengan keterlibatan mereka yang lebih aktif,” jelasnya.

Prinsip dan Pendekatan UNDP dalam Pengarusutamaan Gender

Sujala menjelaskan bahwa di UNDP, pemberdayaan gender dan kesetaraan perempuan adalah prinsip utama dalam segala hal yang mereka lakukan. “Ini bukanlah sesuatu yang bersifat opsional,” tegasnya. Komitmen ini juga terlihat dalam Platform Aksi Beijing yang menunjukkan harapan dari pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan mitra lainnya untuk terus memprioritaskan isu ini.

Sujala menekankan pentingnya menganalisis akar penyebab diskriminasi atau ketidaksetaraan dan melibatkan perempuan secara langsung dalam proses ini. “Pelibatan perempuan adalah hal yang fundamental,” ujarnya.

UNDP berkomitmen pada agenda “tidak meninggalkan siapa pun di belakang,” yang memastikan inklusivitas dalam setiap program yang dijalankan. “Perempuan merupakan 50% dari populasi, jadi tidak mungkin kita mengabaikan mereka,” tambahnya.

Dengan menganalisis dan memahami penyebab ketidaksetaraan, UNDP kemudian memutuskan tindakan yang harus diambil dan memastikan bahwa investasi yang dilakukan memberikan dampak positif.

Pendekatan Kontekstual dalam Pengarusutamaan Gender

Sujala menjelaskan bahwa pengarusutamaan gender lebih dari sekadar jumlah perempuan yang terlibat. “Kami tahu itu tidak cukup, karena jika perempuan tidak bisa menyuarakan pendapat mereka atau tidak diberi ruang, maka itu tidak ada artinya,” jelasnya.

Sujala menggarisbawahi bahwa memahami, mengambil tindakan yang diperlukan, dan merefleksikan hasil adalah inti dari pengarusutamaan gender yang efektif. “Pengarusutamaan gender harus benar-benar memberikan hasil dan dampak yang positif pada akhirnya,” katanya.

Pengarusutamaan gender memerlukan pendekatan yang kontekstual dan spesifik terhadap kebutuhan serta keadaan budaya dan sosial masing-masing negara. 

Sujala menjelaskan mengenai keterkaitan ketidaksetaraan gender dengan tradisi, kepercayaan, atau sistem sosial tertentu, bahwa perempuan bukanlah kelompok yang homogen. “Perempuan tidaklah homogen. Anda dan saya adalah wanita yang tinggal di daerah perkotaan, tapi kita masih sangat berbeda,” ujarnya. Ia menekankan bahwa prioritas dan kebutuhan perempuan bervariasi berdasarkan usia, status sosial, dan lingkungan tempat tinggal, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

Suara Perempuan dalam Pengambilan Keputusan

Sujala juga menyoroti pentingnya memahami dan menghormati perbedaan budaya dan sosial dalam merancang strategi pemberdayaan perempuan. “Selalu ada perbedaan, dan meskipun kita dapat berbicara tentang komitmen global dan jenis upaya yang dilakukan semua orang, respons yang Anda lakukan di Indonesia akan sangat berbeda dengan negara lain, seperti di Asia Tengah atau Asia Selatan,” jelasnya.

Pendekatan yang seragam atau ‘cookie cutter’ tidak dapat diterapkan karena setiap komunitas memiliki kebiasaan sosial dan tantangan unik yang perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, Sujala menekankan bahwa penting untuk mendengarkan suara perempuan yang terdampak.

“Kami benar-benar mendorong suara dan partisipasi perempuan. Ini bukan hanya sekadar jumlah dan duduk di belakang, tetapi apakah perempuan benar-benar berkontribusi aktif dalam diskusi dan keputusan yang sedang dibahas dan disepakati?” katanya.

Menurut Sujala, perempuan adalah pihak yang paling tepat untuk menilai bagaimana tantangan-tantangan terkait kesetaraan gender dapat diatasi. Tanpa partisipasi aktif perempuan, upaya pemberdayaan dan kesetaraan gender bisa berisiko tidak mencapai tujuannya.

UNDP terus berkomitmen untuk bekerja menuju kesetaraan gender dengan mempertimbangkan perbedaan dan kebutuhan spesifik dari setiap komunitas, serta memastikan bahwa perempuan memiliki suara dan partisipasi aktif dalam setiap langkah yang diambil.

Sementara itu, Sekretaris Fatayat NU Kota Bandung, Dhilla Nuraeni Az-Zuhri, menyatakan bahwa kesetaraan gender berarti kesamaan posisi dan peran antara perempuan dan laki-laki. Hal ini mencakup hak yang sama bagi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan karir. ungkap Dhilla kepada Kutub.co.

“Perempuan berhak memiliki peran yang setara, terutama dalam pendidikan. Di masa lalu, perempuan hanya diharapkan untuk mengurusi rumah tangga. Namun, dengan adanya kesetaraan gender, perempuan kini dapat berkembang dalam karir, pendidikan, dan menjadi mandiri secara ekonomi,” ujar Dhilla.

Dhilla juga menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam pembangunan masyarakat. Ia berpendapat bahwa perempuan dapat berperan aktif dalam mencerdaskan anak bangsa, salah satunya dengan menjadi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 

“Kesetaraan gender sangat penting untuk pembangunan masyarakat karena perempuan berhak terlibat dalam hal tersebut. Perempuan bisa menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan anak bangsa dengan menjadi guru PAUD dan peran lainnya,” tambahnya.

Namun, Dhilla juga mengakui adanya berbagai tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai kesetaraan gender. Salah satunya adalah stereotip gender yang masih kuat di masyarakat, dimana perempuan dianggap hanya cocok untuk pekerjaan domestik sementara laki-laki dianggap sebagai pemimpin.

“Tantangan lainnya termasuk maraknya kekerasan gender seperti KDRT, pelecehan seksual, dan pelecehan verbal maupun non-verbal yang berdampak pada mental perempuan. Ketimpangan ekonomi juga menjadi masalah, dimana laki-laki cenderung lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang layak dibandingkan perempuan,” jelas Dhilla.

Meskipun demikian, Dhilla optimis bahwa perempuan dapat meraih kesuksesan di berbagai bidang. Ia mengapresiasi perjuangan perempuan yang telah berhasil mengepakkan sayapnya dan menjadi sosok pemimpin.

“Banyak perempuan yang hari ini sudah mengepakkan sayapnya dimana-mana, bahkan menjadi sosok leader. Namun tentu itu semua bisa mereka raih dan dapatkan hasil dari perjuangan mereka sendiri setelah beberapa lamanya,” pungkasnya.

Kesetaraan gender, menurut Dhilla, bukan hanya tentang memberikan hak yang sama bagi perempuan, tetapi juga tentang menghargai peran dan kontribusi mereka dalam pembangunan masyarakat. Fatayat NU Kota Bandung terus berupaya mendorong kesetaraan gender melalui berbagai program dan kegiatan yang melibatkan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Artikel ini diproduksi sebagai bagian dari proyek Women Media Collabs https://jurnalisme.id/womenmediacollabs/

didukung oleh UNDP Indonesia https://www.undp.org/id/indonesia

Leave a Comment