Kasus Bunuh Diri Pelajar Meningkat: Saatnya Sekolah dan Keluarga Membangun Ekosistem Dukungan yang Nyata

Hasemi

No Comments

Kutub.co – Di balik aktivitas sekolah yang tampak tertib, ada banyak pelajar yang sebenarnya berjuang dalam diam. Sebagian memikul tekanan yang tidak terlihat, sering kali lebih berat dari yang mampu mereka tanggung.

Dalam beberapa bulan terakhir, lonjakan kasus pelajar yang mengakhiri hidup kembali mencuri perhatian publik. Data health.detik.com mencatat kenaikan sekitar seratus kasus pada 2024 sebuah angka yang menunjukkan bahwa persoalan kesehatan mental remaja tidak bisa lagi dianggap isu pinggiran.

Peringatan ini juga sejalan dengan temuan Into The Light Indonesia, yang menempatkan pelajar dan remaja sebagai kelompok paling rentan mengalami tekanan psikologis. Tuntutan akademik yang tinggi, dinamika keluarga, perundungan, dan tekanan perbandingan sosial menjadi faktor dominan yang memperberat kondisi mereka.

Aktris Nikita Willy menekankan pentingnya keberadaan ruang aman bagi remaja: ruang yang memberi kesempatan untuk didengar, dihargai, dan tidak dihakimi. Konsep ini bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan fundamental agar pelajar dapat tumbuh tanpa rasa takut atau tekanan berlebihan.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Agar peningkatan kasus ini tidak kembali terulang, langkah-langkah pendekatan yang lebih sistemik perlu dilakukan:

  1. Sekolah membangun layanan konseling yang proaktif, Bukan hanya menunggu siswa datang, tetapi melakukan pemantauan berkala, memberikan edukasi, dan menjalin komunikasi yang hangat.
  2. Guru dan tenaga pendidik dibekali literasi kesehatan mental, Dengan pemahaman yang tepat, pendidik dapat mengenali tanda-tanda awal distress pada murid.
  3. Keluarga membuka komunikasi dua arah, Remaja membutuhkan ruang untuk bercerita tanpa takut dihakimi. Dukungan emosional di rumah adalah fondasi paling penting.
  4. Menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan bebas perundungan, Pencegahan jauh lebih efektif dibanding penanganan setelah terlambat.
  5. Mengurangi glorifikasi capaian akademik berlebihan, Pelajar perlu tumbuh sebagai manusia utuh bukan hanya mesin pencetak nilai.Langkah Kecil yang Menghasilkan Dampak Besar.

Pemulihan kesehatan mental memang tidak instan. Namun interaksi sederhana seperti mendengarkan, mengapresiasi usaha kecil, atau memberi ruang istirahat emosional dapat menjadi penyelamat dalam keseharian pelajar.

Pada akhirnya, pelajar bukan hanya mengejar prestasi, tetapi sedang membangun identitas diri dan mencari tempat di mana mereka merasa aman untuk tumbuh. Meningkatnya kasus bunuh diri pelajar bukan sekadar statistik, melainkan ajakan bagi kita semua orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang benar-benar peduli, responsif, dan berpihak pada keselamatan mental generasi muda.

Penulis: Ii Nuraeni

beraktivitas, Kasus bunuh diri, kesehatan mental, Pelajar, Remaja, Ruang Aman

Artikel Lainnya

Ketika Luka Mengajariku Berdaya

Mansplaining: Ketika Laki-laki Menjelaskan dengan Cara Meremehkan

Biar Puasa Tetap Strong! Ini Tips Sahur dan Berbuka Sehat ala Dokter Steven

Leave a Comment