Kutub.co— Seseorang berkata : “Selalu utamakan diri sendiri !”, katanya tidaklah seharusnya kekurangan yang kita miliki menjadi sebuah kesalahan dalam pandangan orang lain. Juga tidak seharusnya kita menuntut diri untuk sempurna dalam setiap usaha, sedangkan hal kecil dari usaha itu pun tak dihargai.
Sempat ada dalam kondisi yang cukup berat selama beberapa tahun. Ada rasa tertekan, bukan hanya karena tuntutan dari orang lain saja tetapi bahkan dari diri sendiri yang berupaya keras untuk memenuhi tuntutan orang lain itu. Berdalih tidak ingin mengecewakan, tetapi telah abai pada diri. Seseorang itu pun mengingatkan jika aku tidak seharusnya sekeras itu pada diri sendiri. Ia juga menamparku keras dengan kalimat bahwa aku ‘sangatlah lemah’, aku mudah diperdaya.
Sejak beberapa tahun itu pun aku sudah merasakan sakit dan lelahnya, tetapi aku bungkam. Tidak ada tempat yang membuatku berani untuk bercerita sekalipun itu kepada Ibuku, sebab ketika ia tahu, ia akan lebih sakit daripada aku. Dalam ratusan hari ku simpan cerita ini, hingga pada akhirnya seseorang itu berhasil menjadi tempat paling hangat yang membuatku berani meluapkan semua keresahan. Ia membuat mata, telinga dan pandanganku terbuka. Ia membuatku jauh lebih kuat untuk mencintai diri sendiri.
Sehingga akhirnya hatiku pun terbuka untuk mencintainya, seseorang yang hadirnya selalu membawa kebaikan. Namun dalam mencintai, aku tidak mampu sehebat sebagaimana cinta itu dihadirkan. Karena ketika cinta itu berhasil dianugrahkan kepada setiap hati artinya kita hanya sedang dititipi bukan sudah benar-benar memiliki.
Hikmah dan ibrah yang aku temukan dalam perjalanan rasa ini sangatlah indah. Hadirnya mampu mewarnai, hilangnya pun berhasil menyesakan namun tidak disesali. Rasa ini terlalu hebat, maka biarkan Allah yang bekerja. Maa Qadarullah Khair, maka doa-doa itu semakinku luaskan di langit daripada memberitahu inginku yang terbatas di bumi. Menyederhanakan ingin, meluaskan doa. Jika keabadian cinta belum pasti dalam nyata, maka akan ku pastikan ia abadi dalam kata. Semoga semangat kita tetap menyala dalam menjalani hari-hari yang hebat, seperti yang sempat kamu pesankan.
Penulis : Lisda Nurul Fadilah