Media Sosial, Tubuh Perempuan, dan Upaya Melawan Standar Kecantikan yang Merugikan

Hasemi

No Comments

Kutub.co – Media sosial kerap dituding memberikan dampak negatif pada hubungan perempuan dengan tubuh mereka. Namun, kenyataan di lapangan jauh lebih kompleks dan penuh nuansa.

Selama lebih dari satu dekade, berbagai studi menunjukkan bahwa media sosial berkontribusi dalam membentuk standar kecantikan yang tidak realistis. Fenomena seperti fitspiration atau #fitspo, perundungan fisik, dan kekerasan berbasis gender secara daring, terbukti memberi dampak signifikan terhadap kesehatan mental perempuan muda.

Mengutip dari laman magdaline Namun, pengguna media sosial terutama perempuan tidak sepenuhnya naif terhadap narasi beracun yang mereka temui di platform digital. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya menyadari risiko-risiko tersebut, tetapi juga mengembangkan strategi dan membentuk komunitas daring untuk meminimalkan dampaknya.

Fitspiration: Di Balik Visual “Sehat” yang Sarat Tekanan

Konten fitspiration atau #fitspo sering kali menampilkan tubuh atletis, pakaian olahraga ketat, dan senyuman penuh semangat di tengah latihan fisik. Sekilas tampak positif, namun narasi ini membawa tekanan baru bagi perempuan: tuntutan untuk tidak hanya kurus, tetapi juga terlihat bugar.

Akibatnya, banyak perempuan dan remaja putri memilih untuk menjauh dari ruang-ruang daring yang mengedepankan estetika tubuh semata. Namun, sebagian lainnya justru memanfaatkan komunitas daring ini untuk mencari dukungan, inspirasi, dan membangun rasa percaya diri.

Instagram Sebagai Ruang Aman: Dari Kurasi Konten hingga Tagar Positif

Dalam riset yang melibatkan perempuan pengguna Instagram yang aktif berolahraga, ditemukan bahwa mereka secara aktif menyusun strategi untuk menjelajahi media sosial dengan aman dan sadar risiko.

Beberapa strategi tersebut meliputi:

  • Memblokir atau berhenti mengikuti akun-akun yang menampilkan konten tidak sehat
  • Melaporkan komentar negatif, seksual, atau saran yang tidak diminta
  • Mengunggah foto tubuh tanpa filter, tanpa editan stretch mark atau lipatan tubuh
  • Menggunakan tagar positif seperti #FilterFreeFriday dan #NoEdit

Praktik ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan standar tubuh sempurna, dan juga sebagai cara menciptakan ruang yang lebih autentik serta sehat secara psikologis.

Para perempuan dalam komunitas daring ini juga menunjukkan sensitivitas dalam berinteraksi dengan tubuh orang lain. Mereka menghindari komentar yang bisa memicu rasa rendah diri, dan lebih memilih memberi dukungan dalam bentuk pujian terhadap kekuatan, kepercayaan diri, atau pencapaian olahraga.

Kesadaran akan bagaimana rasanya tubuh dinilai secara daring mendorong terciptanya budaya yang lebih suportif dan bebas dari penghakiman.

Bagi banyak perempuan, mempublikasikan gambar tubuh mereka bukan sekadar ajang “pamer.” Lebih dari itu, mereka berupaya membangun komunitas yang saling mendukung. Melalui gambar-gambar tanpa filter yang menunjukkan perjuangan olahraga mereka, perempuan menciptakan kehadiran kolektif yang kuat di dunia maya.

Selama pandemi, media sosial juga menjadi alat penting bagi para profesional kebugaran untuk menjaga keterhubungan komunitas, sekaligus mendorong gaya hidup aktif di tengah keterbatasan ruang fisik.

Perspektif Lintas Budaya: Tantangan dan Potensi

Perempuan dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan agama menghadapi risiko yang berbeda di media sosial mulai dari trolling rasis hingga body shaming. Namun, mereka juga menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menavigasi dan menyesuaikan diri dengan tantangan tersebut.

Penelitian di berbagai negara, termasuk Turki, menunjukkan bagaimana perempuan Muslim mampu memanfaatkan media sosial untuk menantang ekspektasi patriarkal dan rasial dalam dunia olahraga dan kebugaran.

Menuju Media Sosial yang Lebih Aman dan Penuh Empati

Kesimpulan perlunya cara pandang baru dalam memahami partisipasi perempuan di media sosial. Dibutuhkan kesadaran bahwa mengunggah tubuh di ruang publik digital adalah tindakan yang berisiko, namun juga bisa menjadi sarana pemberdayaan.

Perempuan terbukti mampu mengembangkan tindakan sehari-hari yang memperlihatkan ketangguhan, kepedulian, dan pertimbangan etis. Ini menjadi landasan penting untuk menciptakan ekosistem media sosial yang lebih aman, suportif, dan inklusif bukan hanya untuk perempuan, tapi untuk semua pengguna.

Instagram, Kecantikan, Media Sosial, Merugikan, Perempuan

Artikel Lainnya

Pentingnya tidur yang cukup

Pentingnya Tidur Cukup untuk Kesehatan Fisik dan Mental

3 Kunci Penting Untuk Jadi Pribadi Menarik

Apa itu mindfulness

Hay Kutubers! Inilah Cara Menjaga Kesehatan Mental dengan Mindfulness

Leave a Comment