Saat Perempuan Memilih Pulang ke Diri Sendiri: Mengurai Luka, Menemukan Arah Baru

Hasemi

No Comments

Kutub.co-Banyak perempuan tumbuh dengan keyakinan bahwa menjadi baik berarti selalu mendahulukan orang lain. Bahwa mencintai harus berarti mengorbankan diri. Namun, semakin banyak yang mulai mempertanyakan: Jika terus-menerus mengabaikan diri sendiri, di mana tempat kebahagiaan yang seharusnya mereka miliki?

Shanna Soehartono, presenter sekaligus ibu, adalah salah satu dari mereka. Dalam sesi “Live as Mother”, ia berbagi kisah jujurnya tentang bagaimana ia menjalani hubungan yang panjang, namun secara emosional justru menjauhkan dirinya dari rasa bahagia.

“Aku selalu jadi people pleaser. Aku pikir itu bentuk cinta,” ungkapnya. Ia baru menyadari bahwa selama ini dirinya belum pernah benar-benar pulih dari luka lama. Dan luka itu membentuk relasi yang tidak sehat, bahkan tak jarang membuatnya kehilangan suara di dalam hubungan.

Perempuan yang Terjebak dalam Relasi Tanpa Dukungan Emosional

Kisah Shanna bukan satu-satunya. Berdasarkan data Komnas Perempuan, semakin banyak perempuan yang merasa terjebak dalam relasi yang tampak utuh di luar, namun rapuh secara emosional di dalam. Mereka tidak mengalami kekerasan fisik, namun kehilangan koneksi, afeksi, dan pengakuan emosional dalam hubungan.

Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, dr. Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog, menyebutkan bahwa kondisi ini sangat umum namun sering diabaikan:

“Banyak perempuan terbiasa mengabaikan dirinya sendiri dalam relasi, karena sejak kecil mereka dididik untuk menjadi pengasuh. Ketika relasi tidak sehat, mereka tetap bertahan, bukan karena kuat, tapi karena tidak pernah belajar untuk memilih diri sendiri.”

Self-Discovery dan Penyembuhan Inner Child

Apa yang bisa dilakukan?

Shanna memilih berproses: membaca buku, bermeditasi, mengikuti yoga, dan yang terpenting berani mengenali luka masa kecil yang belum pernah diterima. Ia menyebut proses ini sebagai “comforting the inner child“, sebuah upaya menyembuhkan luka lama untuk bisa mencintai diri hari ini.

Psikolog perkembangan dan trauma, dr. Samanta Elsener, Psikolog Klinis menjelaskan bahwa menyembuhkan inner child bukan sekadar tren:

“Re-parenting adalah salah satu cara berdamai dengan inner child. Tapi ini bukan soal ikut-ikutan tren, melainkan proses sadar untuk memenuhi kebutuhan emosi masa kecil yang belum terpenuhi.”

Langkah sederhana yang bisa dilakukan perempuan untuk memulainya antara lain:

● Menulis jurnal perasaan

● Mengikuti terapi psikologi atau konseling trauma

● Menyediakan waktu khusus untuk praktik mindfulness

● Berada dalam komunitas perempuan yang suportif

Membangun Solusi Bersama: Dari Diri ke Ekosistem Sosial

Solusi tidak berhenti pada individu. Perubahan yang lebih luas perlu didukung oleh ekosistem sosial yang sadar akan pentingnya kesehatan mental perempuan:

1. Media yang memberi ruang cerita otentik pada perempuan untuk berbagi kisah berarti membuka jalan bagi ribuan perempuan lain yang merasa sendiri.

2. Komunitas aman untuk tumbuh bersama seperti perempuan berkisah, lingkar temu psikososial, dan support group lokal menjadi tempat penting untuk berbagi tanpa takut dihakimi.

3. Dukungan kebijakan kerja yang responsif gender perusahaan perlu menyediakan program well-being, fleksibilitas kerja bagi ibu, dan konseling gratis untuk karyawan perempuan.

Menutup dengan Harapan

“Aku akhirnya sampai di tahap bisa menerima diriku yang tidak sempurna. Dan ternyata, itu tidak apa-apa,” ujar Shanna menutup.

Kisahnya menjadi pengingat bahwa keberanian perempuan tidak selalu hadir dalam wujud yang besar. Kadang, ia hadir dalam keputusan sunyi: untuk pulih, untuk memilih diri sendiri, untuk percaya bahwa mereka layak bahagia.

Karena menjadi perempuan bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang menjadi utuh dengan luka, dengan harapan, dan dengan cinta yang dimulai dari diri sendiri.

Diri sendiri, emosional, Inner Child, kesehatan mental, Perempuan, Self-Discovery

Artikel Lainnya

Hey Kutubers! Inilah Cara Memahami dan Melampaui Rasa Takut

Kesehatan Mental Perempuan Terancam Akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga

 INTP, Si Kepribadian Paling Pendiam dan Pemikir

Leave a Comment