Memahami Trauma Bencana: Luka Psikologis yang Nyata, dan Bisa Dipulihkan

Hasemi

No Comments

Kutub.co – Bencana alam tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga luka psikologis yang sering kali tak terlihat. Banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menjadi pengingat bahwa dampak bencana jauh melampaui kehilangan harta benda.

Berdasarkan data terbaru yang dilansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, tercatat 1.016 orang meninggal dunia, 212 orang masih dinyatakan hilang, dan sekitar 7.600 orang mengalami luka-luka akibat rangkaian bencana tersebut. Di balik angka-angka itu, terdapat ribuan cerita duka, ketakutan, dan trauma yang dialami para penyintas.

Apa Itu Trauma Bencana?

Trauma bencana merupakan respons alami pikiran dan tubuh ketika seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa ekstrem yang mengancam keselamatan dan rasa aman. Trauma ini bisa dialami oleh korban langsung, saksi mata, bahkan relawan yang terlibat dalam proses evakuasi.

Psikolog Universitas Gadjah Mada sekaligus ahli trauma dan pemulihan pascabencana, Prof. Dr. Subandi, M.A., Ph.D, menjelaskan bahwa reaksi seperti takut, cemas, dan perasaan tidak aman setelah bencana adalah respons normal terhadap situasi yang tidak normal.

Trauma bukanlah tanda kelemahan, melainkan cara tubuh dan pikiran berusaha bertahan hidup,”

Tanda-Tanda Trauma Bencana

Trauma sering kali muncul dalam bentuk reaksi emosional dan fisik yang tidak selalu disadari oleh penyintas. Beberapa respons yang umum terjadi antara lain:

  • Sulit tidur atau mengalami mimpi buruk
  • Mudah kaget, tegang, atau merasa cemas berlebihan
  • Menghindari pembicaraan atau tempat yang berkaitan dengan bencana
  • Merasa kosong, mati rasa, atau diliputi rasa bersalah
  • Emosi yang naik turun tanpa sebab yang jelas

Menurut Dr. Ike Herdiana, M.Psi., Psikolog, trauma tidak hanya tersimpan dalam ingatan atau cerita, tetapi juga tertanam dalam reaksi tubuh dan emosi seseorang. Karena itu, trauma kerap muncul dalam bentuk keluhan fisik atau perubahan perilaku.

Mengapa Trauma Perlu Ditangani?

Trauma yang dipendam dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak jangka panjang. Kondisi ini berpotensi mengganggu kesehatan mental, merusak relasi sosial, serta menurunkan produktivitas dan kualitas hidup seseorang.

Dalam beberapa kasus, trauma yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi depresi atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Para psikolog kebencanaan di Indonesia menekankan bahwa dukungan psikososial sejak dini sangat penting agar penyintas dapat kembali merasa aman dan berfungsi secara bertahap dalam kehidupan sehari-hari.

Trauma Bisa Dipulihkan

Kabar baiknya, trauma bencana bukan kondisi permanen. Dengan dukungan yang tepat, pemulihan sangat mungkin dilakukan. Beberapa langkah yang disarankan para ahli antara lain:

  • Berbagi cerita dengan orang yang dipercaya
  • Mengakses bantuan psikolog atau konselor profesional
  • Mendapatkan dukungan dari komunitas yang aman dan suportif
  • Mengakui emosi yang dirasakan tanpa menghakimi diri sendiri

Pemulihan trauma bukan tentang melupakan peristiwa yang terjadi, melainkan tentang membangun kembali rasa aman, harapan, dan kendali atas hidup. Setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah bentuk keberanian dan kekuatan para penyintas.

Aceh, beraktivitas, Indonesia, Sumatera Utara, tanggap bencana, Trauma

Artikel Lainnya

Satu Desember: Solidaritas, Ruang Aman, dan Perlawanan terhadap Stigma bagi ODHA

Ingin Menjadi Perempuan Ideal? Berikut Tips Mencapai Potensi Terbaik

Indonesia-Uni Eropa: Perlindungan Digital terhadap Perempuan dan Anak Adalah Isu Global

Leave a Comment