Kutub.co-Salwa Khoirunnisa, gadis asal Bandung yang berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz AlQuran. Bukan hanya prestasi luar biasa bagi dirinya, tapi juga kemenangan atas serangkaian cobaan dan juga tantangan yang dihadapinya. Ini bukan sekedar kisah tentang seorang hafidzah. Ini adalah cerita tentang perjuangan dalam menyelesaikan hafalan alquran yang dibantu dengan doa dukungan dan cinta dari seorang ayah dan ibu yang tak pernah pudar walaupun banyak sekali cobaan yang menghampirinya.
Awal yang tidak mudah
Bukan berasal dari background keluarga penghafal Al-Qur’an, kedua orang tuanya memiliki harapan agar Salwa Khoirunnisa mejadi anak shalihah dan hafidzah.
Pada usia 12 tahun, Salwa diterima disebuah Pondok Pesantren Tahfidz Misbahunnur di Kota Cimahi. Lingkungan baru suasana pesantren yang indah dan megah. Sistem disiplin yang ketat, serta target setoran yang tinggi sempat merasa ingin menyerah, Hari – hari pertama saya menangis rasanya berat sekali, apalagi ketika harus menghafal satu halaman perhari, karena untuk saya yang pertama kali menghafal rasanya itu berat sekali.
“ Saya dulu bahkan belum bisa membaca Al-Quran dengan lancar” kenangnya.
“ Masuk pesantren jadi titik balik , sekaligus awal perjuangan”.
Namun di balik air mata itu, saya tetap semangat untuk bisa mewujudkan harapan kedua orang tua saya. “Saya percaya, Allah tidak memanggil saya ke tempat ini tanpa alasan” ujar saya ketika itu sambil menangis. Alhamdulillah 3 tahun tidak terasa saya berhasil menghafal Al-Quran 4 juz. dan melanjutkan hafalan Al-Quran di Pondok Pesantren Baiturrosyad Al-Qurani sekaligus melanjutkan sekolah jenjang SMA, dan alhamdulillah saya menyelesaikan hafalan Al-Quran 30 juz pada Tahun 2023.
Lelah yang Tak Terlihat
Menghafal Al-Qur’an bukan sekedar menghafal teks, tapi ini adalah proses panjang yang menguras fisik, mental dan spiritual. Tak jarang Salwa harus begadang hingga larut malam demi menyelesaikan setoran hafalan ke ustadzah dan rasa kantuk dan lelah menjadi teman sehari hari.
Pernah suatu hari, saya lupa hafalan saat murojaah ( pengulangan ). Saat itu saya langsung menangis, karena saya merasa gagal menjaga amanah hafalan dan kesalahan saya karena tidak mempersiapkan setoran hafalannya dengan baik.
Namun, justru dari kesalahan kesalahan itulah saya belajar arti kesabaran dan keikhlasan. Menghafal bukan untuk mencari pujian manusia tapi agar hati ini selalu terikat dengan Allah SWT.
Dukungan dari Langit dan Bumi
Di tengah perjuangannya selama menghafal , ada beberapa rintangan yang harus dilewati salah satu nya, harus terapi tulang selama 3 bulan yang mengharuskan pulang pergi untuk kontrol tulang, alhamdulillah disertai dengan dukungan orang tua doa dan ikhtiar untuk kesembuhan Salwa, agar terus semangat untuk terus melanjutkan hafalannya sampai selesai 30 juz.
Awalnya tidak disangka bisa ikut wisuda 30 juz di tahun 2023, karena merasa banyaknya ketertinggalan hafalan di antara teman-teman yang lain, tapi alhamdulillah qodarullah semuanya atas izin Allah, akhirnya Salwa bisa ikut wisuda di tahun 2023.
Selain orang tua, teman-teman se pesantren dan para pengajar juga menjadi bagian penting dari perjalanan. Mereka saling menyemangati, saling mengingatkan, dan saling membantu murojaah. “Kami seperti keluarga yang saling menuntun menuju surga,”.
Momen Tak Terlupakan: Juz ke-29
Pada sore hari 14 Ramadhan/05 Maret 2023, Salwa duduk di hadapan ustadzah nya, suara bergetar, tangan dingin yang hendak menyetorkan halaman terakhir juz 29 nya, yang terasa lebih emosional dibanding juz – juz sebelumnya.
Setelah menyelesaikan ayat terakhir dari surah Al-Mursalat, tak ada kata yang keluar, air mata mengalir deras. Setelah selesai setoran, Salwa keluar dan disambut oleh teman teman dan juga adik kelas mengucapkan selamat.
Di hari itu Salwa langsung menghubungi kedua orang tua, memberi kabar baik kepada mereka “Alhamdulillah teteh sudah menyelesaikan setoran hafalan 30 juznya” tangis haru pun pecah, di saat ayah mendengar kabar tersebut, seketika telpon itu terdiam dan ternyata ayah sedang menangis.
Bagi Salwa, itu bukan akhir, tapi awal dari tanggung jawab baru. “Hafalan itu harus dijaga seumur hidup. Kalau tidak, ia akan hilang sedikit demi sedikit.”
Refleksi: Lebih dari Sekadar Hafalan
Menghafal Al-Qur’an bukan hanya tentang daya ingat. Ia adalah perjalanan menyatukan hati, jiwa, dan kehidupan dengan firman Tuhan. Bagi Salwa, proses ini mengajarkannya tentang disiplin, ketekunan, dan kesabaran.
“Dulu saya pikir, hafidzah itu hanya tentang hafal 30 juz. Tapi ternyata, menjadi hafidzah itu berarti menjadi lebih dekat dengan Allah, menjadi lebih tenang, dan belajar menjadi lebih baik setiap hari.”
Kini, Salwa sedang melanjutkan Pendidikan S1 nyaa di Universitas Islam Nusantara Bandung. Cita-cita nya adalah mendirikan rumah tahfidz gratis bagi anak-anak kurang mampu di sekitar rumahnya.
“Kalau Allah sudah memampukan saya melalui jalan ini, masa saya tidak membantu yang lain untuk ikut merasakannya ?” bisiknya.
Perjalanan Salwa adalah cermin bahwa setiap Lelah yang dilakukan di jalan Allah tidak akan pernah sia-sia. Dibalik air mata, ada pahala. Di balik rintangan , ada banyak hikmah . Di balik hafalan 30 juz, ada hati yang bersinar terang karena terikat dengan kalam illahi.
Dari lelah menjadi berkah , dari kesulitan lahir kekuatan.
Penulis: Salwa Khoirunnisa