Belajar Pulih dengan Lembut: Kisah Marshanda Melampaui Sorot Kamera

Hasemi

No Comments

Kutub.co- Marshanda tumbuh di depan layar. Sejak kecil, hidupnya dibalut kamera, sorot lampu, dan ekspektasi semu dari orang-orang yang tidak ia kenal. Semua tampak seru, penuh warna, penuh tawa. Tapi setiap warna selalu memiliki sisi lain; sisi yang tidak pernah ditampilkan pada dunia.

Ketika beranjak dewasa, sebuah istilah gelap datang tanpa permisi: bipolar. Ia tidak langsung mengubah hidup Marshanda, tetapi mengubah cara Marshanda mengenali dirinya sendiri. Ada hari-hari ketika gema pikirannya bergerak cepat, tak terkendali. Ada hari lain ketika tubuhnya menolak bangun dari tidur. Dan yang paling membebani bukan penyakitnya melainkan cara dunia memandangnya setelah itu.

Seolah dunia berbisik, “Perempuan gila, Perempuan problematik, Perempuan tanpa arah.” Padahal ia hanya sakit, dan ia sedang berupaya menemukan pegangan untuk sembuh.

Selama bertahun-tahun, Marshanda menjalani terapi, meminum obat, menulis jurnal, dan perlahan menata kembali hidupnya. Kesembuhan tidak pernah bergerak lurus; ada momen ia naik, ada momen ia terseret turun. Namun setiap kali jatuh, ia menemukan kembali serpihan dirinya yang sempat hilang.

Malam-malam yang dulu ia benci, pelan-pelan berubah menjadi ruang tempat ia bisa jujur pada dirinya sendiri. Dalam sebuah wawancara, ia berkata:

Aku sudah terlalu lama berusaha kuat. Sekarang aku belajar menerima diriku apa adanya.”Kalimat sederhana itu mungkin terdengar biasa. Tapi bagi seseorang yang hidupnya selalu dinilai, itu adalah bentuk perlawanan.

Dengan perlahan, Marshanda membangun kehidupan yang lebih damai. Ia belajar menjauh dari orang-orang yang membuatnya merasa bersalah. Ia memilih ruang-ruang aman entah kamar kecilnya, halaman rumah, atau beberapa menit memejamkan mata. Dari sana, ia menemukan kembali hal yang selama ini hilang: kendali atas dirinya sendiri.

Ada yang berubah dari cara Marshanda memandang luka. Jika dulu luka dianggap aib, kini ia memandangnya sebagai bagian dari perjuangan. Bahwa perempuan tidak harus selalu kuat. Bahwa tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan.

Perjalanannya mengingatkan banyak orang bahwa kesehatan mental bukan soal bahagia setiap saat. Kesehatan mental adalah tentang bertahan, berproses, menikmati hidup, dan mencintai diri dengan lebih lembut.

Ini bukan cerita tentang kelelahan. Ini adalah kisah seorang perempuan yang memilih dirinya, meski dunia memaksanya menjadi orang lain. Ia telah melewati banyak gelap namun tetap berjalan, dengan cara paling manusiawi: perlahan, jujur, dan apa adanya.

Dan dari perjalanan itu, ia memberi ruang bagi perempuan lain untuk bernapas. Untuk berhenti pura-pura kuat. Untuk mulai menyembuhkan diri, tanpa merasa bersalah atas luka yang mereka miliki.

Penulis: Ii Nuraeni

Kamera, kesehatan mental, Kisah Marshanda, Perempuan, Story telling

Artikel Lainnya

Hey Kutubers! Inilah Cara Memahami dan Melampaui Rasa Takut

Self Control Jadi Kunci Kesuksesan

Apa Itu Femisida? Ketika Perempuan Dibunuh karena Patriarki dan Kebencian

Leave a Comment