Jawa Barat Siaga Satu: Cuaca Ekstrem, Banjir, dan Ketangguhan Warga Sukabumi

Hasemi

No Comments

Kutub.co – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Barat merilis peringatan dini potensi curah hujan tinggi yang diperkirakan terjadi pada 1–10 November 2025. Peringatan ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan banjir, longsor, dan genangan air di berbagai wilayah Jawa Barat.

BMKG menempatkan sejumlah daerah dalam tiga kategori kewaspadaan:

Kategori Awas: Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kabupaten Cianjur.

Kategori Siaga: Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kota Sukabumi, Kota Depok, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Tasikmalaya.

Kategori Waspada: Kabupaten Ciamis, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Subang.

“Bagi masyarakat yang wilayahnya sudah memasuki musim hujan, diimbau agar mengambil tindakan preventif untuk memastikan kapasitas drainase lingkungan, menjaga kondisi dan kesehatan, sedia payung atau jas hujan ketika beraktivitas di luar ruangan, serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar terhindar dari penyebaran penyakit di musim penghujan,” tulis BMKG dalam rilisnya dilihat Kutub.co hari ini.

Melansir Infografis PMI Sukabumi: 3.732 Jiwa Terdampak Banjir dan Longsor

Peringatan ini muncul bersamaan dengan laporan situasi yang dirilis Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi pada 31 Oktober 2025, terkait bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayah selatan Sukabumi. Dalam infografis resmi yang diterbitkan PMI, hujan deras sejak Senin (27/10) menyebabkan banjir bandang dan longsor di Kecamatan Cisolok dan Cikakak.

Data PMI mencatat ada 1.109 kepala keluarga (3.732 jiwa) terdampak,9 KK atau 37 jiwa sempat mengungsi, 407 rumah rusak ringan, 51 rusak sedang, dan 49 rusak berat, 562 rumah terendam, 20 fasilitas umum rusak, serta 43,44 hektare sawah/lahan ikut terdampak.

Meski tidak ada korban jiwa, kerugian material cukup besar. Hingga laporan terakhir, PMI telah menurunkan 15 personel, melakukan evakuasi di Kecamatan Cisolok, menyalurkan 40.000 liter air bersih, dan memberikan layanan kesehatan kepada 30 warga terdampak.

Kesiapsiagaan yang Membangun Daya Tahan

Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa kondisi atmosfer di wilayah Jawa Barat masih mendukung pembentukan awan hujan secara intensif. Suhu permukaan laut di sekitar perairan selatan Jawa Barat yang masih hangat turut memperkuat potensi peningkatan curah hujan.

“Kondisi atmosfer saat ini mendukung pertumbuhan awan hujan secara intensif di sebagian besar wilayah Jawa Barat,” ujarnya.

Menghadapi kondisi ini, masyarakat diimbau untuk:

  1. Menghindari aktivitas di sekitar tebing, sungai, dan saluran air besar saat hujan lebat.
  2. Menyimpan dokumen penting dan barang berharga di tempat yang lebih tinggi.
  3. Memantau terus informasi resmi dari BMKG, BPBD, dan PMI daerah.

Belajar dari Sukabumi: Solidaritas yang Menguatkan

Meski diterpa bencana, masyarakat Sukabumi menunjukkan solidaritas yang patut diapresiasi. Warga bergotong royong membangun tanggul darurat, mengevakuasi lansia, dan membersihkan rumah-rumah yang tertimbun lumpur. Di beberapa kampung, pos ronda berubah fungsi menjadi pos pantau curah hujan, tempat warga saling bertukar informasi kondisi sungai dan jalan.

Langkah-langkah kecil seperti membersihkan saluran air, menanam pohon penahan longsor, hingga menyiapkan tas darurat keluarga kini menjadi bagian dari budaya baru mitigasi bencana.

Cuaca ekstrem adalah keniscayaan, tetapi dampaknya bisa ditekan melalui kesadaran kolektif. Ketika masyarakat aktif melakukan langkah-langkah preventif dan pemerintah daerah memperkuat sistem peringatan dini, maka setiap musim hujan bukan lagi ancaman, melainkan ujian kedewasaan ekologi dan sosial.

Peringatan BMKG kali ini bukan sekadar alarm bahaya, melainkan ajakan untuk bergerak, menjaga lingkungan, memperkuat drainase, dan menumbuhkan empati.

Karena di balik setiap peringatan cuaca, selalu ada pesan yang sama, bahwa kesiapsiagaan adalah bentuk cinta terhadap kehidupan.

Awal November, Awas, beraktivitas, BMKG, Cuaca Ekstrem, Jawa Barat, Siaga Satu, Waspada

Artikel Lainnya

Alisa Wahid: Toleransi Beragama di Indonesia Perlu Ditingkatkan

Penerapan AI di Redaksi Media Lokal Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Konten

Harlah NU ke-102: Shasha Apresiasi Peran NU sebagai Perekat Keberagaman Bangsa

Leave a Comment