Kutub.co – Ruang kerja digital yang terus berkembang membawa peluang baru, namun juga risiko yang sering tidak dipetakan secara serius terutama bagi perempuan yang bekerja sebagai host live streaming. Pekerjaan ini tampak aman karena berlangsung di studio kecil dengan kamera sebagai satu-satunya lawan bicara. Namun realitasnya jauh lebih kompleks. pola bias kecantikan, tekanan ekonomi, dan pelecehan berbasis komentar membentuk situasi kerja yang menuntut kewaspadaan berlapis bagi perempuan.
Konstruksi Lowongan Kerja yang Perlu Dikritisi
Melansir laman Mubadalah.id, banyak lowongan host live secara eksplisit mensyaratkan perempuan muda berpenampilan menarik. Praktik ini mengaburkan kemampuan profesional dan memupuk asumsi bahwa nilai seorang host terletak pada wajah, bukan kompetensi komunikasi atau pemahaman produk. Jika tidak dikritisi, standar ini akan terus mempersempit ruang kerja perempuan dan menguatkan budaya yang memosisikan perempuan sebagai objek visual.
Konstruktifnya: persoalan ini perlu ditanggapi sebagai isu struktural, bukan semata-mata pilihan individu. Perusahaan dan agensi harus meninjau ulang standar rekrutmen agar berbasis keterampilan, bukan estetika.
Tekanan Ekonomi yang Menggiring Perempuan pada Risiko
Tidak sedikit perempuan yang menerima pekerjaan host live karena kebutuhan ekonomi yang mendesak. Pilihan itu bukan cerminan persetujuan terhadap syarat diskriminatif, melainkan strategi bertahan hidup. Konteks ini penting untuk membuat pembahasan lebih adil: perempuan tidak sedang mencari masalah; mereka sedang mencari nafkah.
Konstruktifnya, negara, agensi, dan platform perlu memastikan pekerja digital berada dalam ekosistem kerja yang melindungi, bukan mengeksploitasi kebutuhan mereka.
Pelecehan dari Balik Komentar: Ancaman yang Kerap Diremehkan
Kasus host hijab yang diminta penonton untuk memakai hijab sebagai masker lalu mengetatkannya menegaskan bahwa pelecehan digital tidak selalu hadir dalam bentuk komentar vulgar. Banyak pelaku menyamarkannya dalam “request lucu”, “tantangan”, atau “cuma bercanda”. Pola seperti ini seharusnya dipahami sebagai strategi manipulatif yang memangsa host perempuan.
Dengan itu platform harus mengembangkan sistem filtrasi konten yang mengenali tipe-tipe permintaan manipulatif yang sering menjadi pintu masuk pelecehan terselubung.
Mengapa Perempuan Butuh Kewaspadaan Berlapis?
Karena sampai hari ini, perlindungan formal bagi host live masih minim:
• Moderasi komentar tidak selalu responsif
• Agensi tidak selalu menyediakan SOP keselamatan
• Pelaporan pelecehan sering berhenti di level administratif
• Pelaku dapat kembali menggunakan akun baru
Masalah ini perlu dijelaskan sebagai gap kebijakan, bukan sebagai kesalahan perempuan. Dengan memahami celah ini, perempuan dapat menyiapkan strategi perlindungan diri sekaligus mendorong perubahan sistem.
Panduan Konstruktif: Langkah Kewaspadaan bagi Pekerja Perempuan
Berikut langkah yang bisa memperkuat keamanan perempuan dalam pekerjaan host live:
- Menetapkan Batas Interaksi. Perempuan perlu menyatakan batasan sejak awal live: jenis permintaan apa yang tidak akan direspons. Ini menciptakan standar komunikasi dan mempersempit ruang bagi penonton manipulatif.
- Mengaktifkan Fitur Privasi dan Moderasi. Gunakan fitur block, report, slow-mode, dan moderator pendamping. Hal sederhana seperti slow-mode dapat memutus rangkaian komentar melecehkan yang biasanya menggunakan kecepatan dan repetisi sebagai teknik tekanan.
- Membiasakan Dokumentasi. Menyimpan bukti pelecehan screenshot, rekaman layar, atau timestamp memudahkan pelaporan ke platform, agensi, atau pihak berwenang.
- Memahami Tanda-Tanda “Permintaan Manipulatif”. Permintaan kecil seperti “cuma miringin kamera”, “cuma coba ketatkan sedikit”, atau “cuma ikutin challenge” sering jadi pintu masuk. Pola ini penting dikenali.
- Mendorong Agensi dan Platform Membuat Standar Keselamatan. Perempuan dapat menuntut SOP yang lebih jelas, siapa yang dihubungi jika terjadi pelecehan, bagaimana eskalasi dilakukan, dan apa bentuk perlindungan psikologis yang disediakan.
Konstruksi Ruang Aman Dimulai dari Kesadaran Bersama
Bias kecantikan, tekanan ekonomi, dan pelecehan digital bukan fenomena terpisah, melainkan rantai masalah yang saling mengunci. Kewaspadaan perempuan penting, tetapi tidak cukup. Lingkungan kerja yang aman harus dibangun melalui perubahan kebijakan, penguatan moderasi platform, dan rekrutmen yang adil.
Kewaspadaan bukan bentuk ketakutan, melainkan strategi bertahan yang rasional sampai sistem benar-benar berubah. Perempuan berhak bekerja tanpa harus mempertaruhkan martabat, keamanan, dan kesehatan psikologisnya baik di ruang fisik maupun di layar.