Jakarta,Kutub.co-Pasca ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta, pemerintah menegaskan bahwa proses pemulihan tidak hanya menyasar aspek fisik dan kelangsungan pembelajaran, tetapi juga kesehatan mental seluruh warga sekolah. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersama kementerian/lembaga terkait serta Pemprov DKI Jakarta kini menyiapkan pola pembelajaran yang lebih adaptif berdasarkan kondisi psikologis siswa, guru, dan orang tua.
Menteri PPPA, Arifah Fauzi, mengatakan bahwa pembahasan sistem pembelajaran yang paling sesuai akan difinalkan sebelum diterapkan pekan depan. Ia menekankan pentingnya pendampingan emosional jangka panjang.
“Pendampingan tidak bisa berhenti di awal saja. Kita ingin memastikan anak-anak, orang tua, dan guru benar-benar pulih secara menyeluruh,” ujarnya, Sabtu (8/11).
Melansir laman Cantika, setelah kejadian, pemulihan tidak hanya berfokus pada kondisi fisik dan sistem sekolah, tetapi juga pada kesehatan mental dan emosional para korban, keluarga, serta warga sekolah. Psikolog Rosdiana Setyaningrum menjelaskan bahwa setiap pihak yang terdampak perlu ruang untuk memulihkan diri melalui proses trauma healing.
Menurut Rosdiana, proses trauma healing dapat dilakukan melalui berbagai bentuk ekspresi emosional yang sehat.
“Biarkan anak-anak melakukan release emosinya. Kalau ingin marah, berikan ruang. Misalnya, jika mereka marah-marah sambil memukul samsak tinju di rumah, silakan selama tidak merusak barang. Kalau ingin menangis, biarkan. Mereka juga bisa menyalurkan perasaan lewat menulis atau berolahraga,” jelasnya.
Hal yang sama berlaku bagi para orang tua dan guru. “Kalau orang tua merasa ingin menangis bersama anak yang sudah pulih, tidak apa-apa. Justru itu penting untuk menunjukkan bahwa kita juga punya emosi,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa bantuan profesional perlu dicari apabila perasaan takut, marah, atau cemas tak kunjung mereda.
“Kalau setelah beberapa waktu rasa takut atau marah itu tidak hilang, jangan ragu untuk menjalani konseling. Bisa jadi memang butuh penanganan khusus karena peristiwa ini traumatis,” tegas Rosdiana.
Kondisi Korban dan Penanganan Medis
Berdasarkan data Posko Pelayanan Polri di RS Islam Cempaka Putih, hingga Sabtu pukul 10.30 WIB tercatat 96 korban ledakan yang dirawat di tiga rumah sakit di Jakarta Pusat: RS Islam Cempaka Putih/43 pasien (14 dirawat, 29 pulang), RS Yarsi/15 pasien (14 dirawat, 1 pulang), RS Pertamina Jaya/ 7 pasien (1 dirawat), dan Sebanyak 67 pasien telah diperbolehkan pulang, sedangkan 29 lainnya masih menjalani perawatan medis.
Kementerian PPPA merekomendasikan agar kegiatan belajar-mengajar di SMA 72 tetap berlangsung dengan metode yang disesuaikan. “Pembelajaran tidak dihentikan, tetapi kita atur ulang agar tidak memberi tekanan tambahan. Yang penting anak-anak merasa aman,” kata Arifah.
Momentum Penguatan Ekosistem Sekolah yang Aman
Insiden yang terjadi pada Jumat (7/11) pukul 12.15 WIB saat berlangsungnya salat Jumat ini mengguncang banyak pihak. Namun pemerintah menegaskan bahwa peristiwa ini juga dapat menjadi momentum memperkuat sistem keamanan, kesiapsiagaan, serta ketangguhan psikologis komunitas sekolah.
“Kita ingin krisis ini menjadi titik balik untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman, responsif, dan berpihak pada anak,” tutupnya.