Cianjur, Kutub.co- Luka akibat gempa bumi 2022 masih membekas bagi banyak anak di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang. Tak hanya kehilangan rumah dan keluarga, sebagian anak juga mengalami trauma mendalam hingga menunjukkan gejala Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) seperti mimpi buruk, kecemasan berlebih, dan takut berinteraksi.
Melihat kondisi tersebut, tim dosen dari Universitas Al-Ghifari Bandung melakukan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Metode Cognitive Behavioral Therapy (CBT) pada Pelayanan Trauma Healing Penanggulangan Bencana pada Anak yang Mengalami PTSD di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur”.
”Program ini digagas oleh Itto Turyandi, Yuyun Mulyati, dan R. Myrna Nur Sakinah. Mereka menerapkan metode Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terapi psikologis yang membantu anak mengubah pikiran negatif menjadi lebih positif, sekaligus melatih kemampuan mengelola emosi dan rasa takut.
Terapi yang Mengembalikan Senyum Anak
Kegiatan dilakukan melalui sesi terapi kelompok dan pendampingan individual yang dipandu oleh tim akademisi bersama psikolog. Pendekatan ini juga melibatkan peran orang tua, guru, komunitas lokal, pemerintah desa, hingga media dalam semangat kolaborasi Pentahelix (Akademisi–Bisnis–Komunitas–Pemerintah–Media). Hasilnya menggembirakan anak-anak mulai kembali tersenyum dan berani berinteraksi. Gejala trauma seperti mimpi buruk dan rasa takut berlebihan berangsur menurun. Mereka juga tampak lebih semangat bermain dan belajar.
Selain membantu anak-anak, tim juga memberikan pelatihan bagi guru dan orang tua agar dapat menjadi pendamping yang memahami kondisi psikologis anak pascabencana. “CBT bukan sekadar terapi, tapi proses membangun kembali rasa aman dan harapan anak-anak,” ujar Itto Turyandi, ketua tim pelaksana.
Kolaborasi Kampus dan Masyarakat
Program ini tidak hanya berdampak bagi anak-anak Mangunkerta, tetapi juga menjadi bagian dari penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, yang menekankan keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam pengabdian berbasis riset dan kebutuhan masyarakat.
Tim berharap model trauma healing berbasis CBT ini dapat direplikasi di wilayah terdampak bencana lainnya. Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan komunitas, pendekatan ini diharapkan mampu membangun generasi penyintas yang tangguh, berdaya, dan penuh semangat hidup.
Penulis: Dr. Itto Turyandi, Dr. Yuyun Mulyati, R. Myrna Nur Sakinah.