Penulis: Abdul Wahab Assa’roni
Kutub.co-Di tengah maraknya pilihan usaha mikro dan kecil yang dijalankan oleh kalangan muda, tidak banyak yang melirik sektor usaha tradisional seperti jual beli burung kicau. Namun bagi saya, usaha ini justru menjadi jalan rezeki yang menjanjikan ketika dijalani dengan sungguh-sungguh. Saya Wahab, seorang pemuda asal Kabupaten Bandung, memulai usaha jual beli burung dari hal yang sangat sederhana.
Awalnya, saya hanya seorang lulusan SD yang membantu orang tua berjualan. Namun, karena kecintaan saya terhadap burung kicau, saya membeli seekor burung kenari dari seorang teman dengan harga murah. Burung itu saya pelihara hanya sebagai hobi. Beberapa bulan kemudian, saya mulai memposting burung tersebut di media sosial untuk melihat respons teman-teman. Ternyata, banyak yang tertarik dan mulai bertanya, bahkan menawarkan untuk membeli.
Melihat potensi tersebut, saya mulai memberanikan diri membeli beberapa ekor burung dari peternak lokal untuk saya jual kembali secara online. Dengan modal sekitar Rp20 0.000, saya membuka akun khusus di media sosial untuk memasarkan burung-burung yang saya jual. Saya tidak hanya menjual, tetapi juga belajar bagaimana merawat, melatih, dan membuat burung menjadi lebih berkualitas agar harga jualnya meningkat.
Perjalanan ini tentu tidak selalu mulus. Saya pernah mengalami kerugian karena membeli burung yang sakit atau karena ada pembeli yang membatalkan pesanan secara sepihak. Namun, dari kegagalan itu saya belajar banyak hal: mulai dari mengenali karakteristik burung, menjaga kesehatannya, hingga memahami cara bertransaksi yang baik. Saya juga berusaha membangun kepercayaan dengan memberikan pelayanan terbaik, termasuk konsultasi gratis setelah pembelian.
Seiring berjalannya waktu, usaha kecil saya pun berkembang. Dalam waktu dua tahun, saya sudah menjual ratusan ekor burung ke berbagai daerah di Bandung dan sekitarnya. Saya juga menjalin kerja sama dengan peternak burung lokal dan membangun kandang sendiri di belakang rumah. Saat ini, penghasilan saya dari usaha ini berkisar antara Rp. 1.000.000 juta hingga Rp.3.000.000 juta per bulan. Alhamdulillah, saya bisa mandiri secara finansial dan bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda sekitar.
Kisah saya mencerminkan bahwa dunia wirausaha tidak selalu dimulai dari perencanaan besar. Terkadang, keberanian untuk mencoba adalah langkah awal menuju kesuksesan. Komitmen, ketekunan, dan keinginan untuk terus belajar adalah kunci utama dalam menjalankan usaha.
Bagi mahasiswa atau anak muda lainnya, saya ingin menyampaikan bahwa memulai usaha dari hobi atau minat pribadi bukanlah hal yang mustahil. Justru, hal tersebut bisa menjadi pijakan kuat untuk menciptakan peluang usaha yang berkelanjutan dan membangun kemandirian ekonomi sejak dini.