Bertumbuh dan Sembuh Itu Perlu Proses Panjang

siti fatonah

No Comments

Photo by : https://pixabay.com/illustrations/woman-self-love-love-hug-8439000/

Kutub.coDalam buku Loving the Wounded Soul, Sang penulis Regis Machdy menyampaikan bahwa “Kebutuhan kita untuk menjadi yang terbaik membuat kita menutup rapat kelemahan dan kekurangan. Kita tidak ingin orang lain mengetahuinya kekurangan karena hal tersebut menjadi ancaman untuk harga diri kita (hlm:177). Membaca bagian tersebut, saya teringat perbincangan panjang dengan seorang kawan.

Pada obrolan sampai dini hari tersebut, kita sama-sama belajar dari pengalaman masing-masing. Melihat lebih dekat dengan diri sendiri, misalnya tanpa disadari kadang kita selalu ingin menampilkan sisi terbaik dengan menutupi atau berusaha memaksakan diri bersikap tangguh. Namun sebenarnya rapuh karena kita merasa khawatir orang lain akan mengetahui kerapuhan dalam diri.

Kadang pula sulit untuk bersikap jujur pada diri sendiri, bersikap abai tentang bagaimana kondisi diri dan hati. Sehingga tanpa disadari, seakan-akan kita jauh dengan diri sendiri. Pada obrolan menuju dini hari tersebut pun, kita sama-sama mengevaluasi karena terkadang terlalu sibuk memenuhi ekspektasi orang lain. Semata-mata karena ingin tetap “diakui” oleh lingkungan sekitar. Lupa bahwa diri sendiri pun perlu untuk dipahami dan dipenuhi ekspektasinya. Pada akhirnya kita pun lupa bagaimana bertumbuh untuk mencintai diri sendiri. 

Perihal bertumbuh yang kadang berdampingan dengan sembuh jadi mantra tersendiri untuk terus berusaha terkoneksi dengan diri. Bahwa tumbuh menjadi pribadi yang utuh bukanlah perkara mudah yang bisa diselesaikan dalam satu waktu, bahwa didalamnya ada proses yang harus dilalui dengan tidak mudah. Misalnya bertemu dengan perasaan dan pikiran tentang— merasa tidak berharga, tertinggal jauh dengan pencapaian orang lain; meskipun sebenarnya tidak ada siapa yang lebih unggul dari siapa. Toh setiap orang memiliki waktunya masing-masing.

Ada satu bagian yang saya highlight dari obrolan kami berdua yakni tentang kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Merasa kehidupan orang lain lebih baik ketimbang ketimbang kita. Padahal menurut teman dialog saya itu, “bisa jadi rumput tetangga itu lebih hijau– tapi bisa pula ulatnya pun lebih banyak”. Lagi-lagi kami berdua menyadari bahwa proses bertumbuh seseorang itu berbeda-beda. Begitu Pula dengan proses sembuh yang dilewatinya.

Proses sembuh dari luka masa lalunya, proses perdamaian dengan dengan diri sendiri yang hanya diketahui oleh diri sendiri. Sampai proses menerima setiap kekurangan dan memeluk erat seorang  anak kecil dalam diri sendiri yang tak pernah ikut tumbuh. Akhirnya, pada obrolan yang terhenti karena adzan Subuh. Kita Pun sepakat untuk bisa lebih jujur pada diri sendiri, lebih terbuka pada lingkungan sekitar. Lebih jujur ketika memang ada sisi dari kita yang tidak sempurna. Toh memang manusia tidak  sempurna. 

Sembari terus bertumbuh kearah yang lebih baik, kita pun mencoba untuk belajar mencintai diri sendiri dengan cara sendiri. Memeluk setiap luka yang terkadang menjadi duka, menerima diri doang tidak sempurna. Menjadikannya teman bertumbuh untuk bisa menikmati proses sembuh, seraya berharap bisa lebih terkoneksi dengan diri sendiri. Meskipun prosesnya tidak mudah, tapi kalau tidak dimulai tentu tidak mungkin sampai ditujuan kan? 

kesehatan mental, Perempuan, TumbuhdanSembuh

Artikel Lainnya

Kutubers, Kamu Sering Sensitif? Tenang, Ini Cara Biar kamu Lebih Santai!

Manfaat memelihara kucing

Memelihara Kucing Bisa Mendatangkan Banyak Manfaat

Tips Mengatasi Rasa Cemas dan Stres : Panduan Untuk Remaja dan Orangtua

Leave a Comment